“Kalau diberikan ASI saja, bayinya tidak kenyang. Makanya, usia 2 bulan sudah diberikan buah pisang, dan ia lahap makannya.” Ini bukan prestasi, Bunda! Sebab, banyak riset membuktikan, ...
Senin, 28 Agustus 2023 | 15:56 WIB Penulis :
Plasenta anterior sebenarnya cukup sering terjadi pada kehamilan dan bukan termasuk kondisi yang berbahaya untuk janin. Akan tetapi pada beberapa kasus penyebab plasenta anterior juga bisa berisiko mengakibatkan perdarahan sedang hingga ringan.
Dalam kondisi yang cukup parah, plasenta anterior juga bisa menyebabkan komplikasi, antara lain:
Plasenta previa merupakan kondisi dimana plasenta menutupi sebagian atau seluruh bagian leher rahim (serviks). Kondisi ini bisa menyebabkan persalinan harus dilakukan dengan operasi caesar karena plasenta menghalangi bayi.
Adanya tanda atau gejala plasenta anterior juga bisa berisiko membuat proses persalinan berjalan lebih lama. Hal ini terjadi karena posisi bayi yang tidak tepat akibat terhalang oleh plasenta. Selain lebih lama, proses persalinan juga akan lebih nyeri dan sakit.
Dalam beberapa kasus, plasenta anterior juga bisa berpotensi meningkatkan risiko komplikasi selama masa kehamilan. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan antara lain seperti diabetes gestasional, hipertensi, solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat (IUGR), hingga menyebabkan kematian pada janin.
Pada dasarnya, plasenta anterior sebenarnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Kondisi ini biasanya dapat membaik saat plasenta bergerak seiring dengan perkembangan kehamilan ke posisi plasenta normal. Pengobatan diperlukan jika terjadi gangguan pada kehamilan.
Pemeriksaan plasenta anterior juga hanya akan dilakukan sekali untuk memastikan kondisi plasenta. Pemeriksaan ulang baru dilakukan lagi jika plasenta diketahui bahwa plasenta sudah menutupi serviks. Ibu dengan kondisi plasenta anterior juga tetap bisa melahirkan secara normal. Tindakan operasi caesar hanya akan dilakukan jika ibu sudah mengalami plasenta previa.
Saat masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. Tujuannya untuk memastikan kondisi janin berkembanh dengan baik serta menghindari resiko terjadi plasenta anterior. Selain itu, USG kehamilan untuk mengetahui risiko plasenta posterior juga perlu dilakukan.
Source : https://www.morulaivf.co.id/
“Kalau diberikan ASI saja, bayinya tidak kenyang. Makanya, usia 2 bulan sudah diberikan buah pisang, dan ia lahap makannya.” Ini bukan prestasi, Bunda! Sebab, banyak riset membuktikan, ...
Berikut beberapa langkah yang bisa digunakan sebagai cara memotong kuku bayi, dilansir dari Rising Children. Pastikan ada cahaya yang mumpuni agar Moms bisa melihat kuku dan jari Si Kecil d...
Apakah Moms melihat tumpukan kulit kering, kulit bersisik, atau kerak parah di kepala bayi? Itu bisa jadi merupakan gejala dermatitis seboroik infantil. Dermatitis seboroik adalah kondisi kulit umu...
1. Bayi belajar bicara sejak dalam kandungan Bayi sudah bisa mendengar suara Moms dan suara lain di luar kandungan sejak usia 23–24 minggu di dalam kandungan. Bahkan, bagi kebanyakan bayi, su...