Masuk angin pada bayi membuatnya rewel dan menangis tanpa henti. Biasanya ibu dengan sigap berusaha menenangkannya, tetapi ada juga yang bingung bagaimana cara mengatasinya. Tidak perlu khawatir karen...
Kamis, 13 Februari 2020 | 16:04 WIB Penulis :
Di dalam kandungan, "perisai” tubuh bayi yaitu kulit masih sangat tipis dan sensitif, tapi tetap canggih. Berikut yang perlu mom ketahui untuk melindungi kulit bayi.
Dari berbagai jenis organ tubuh bayi, kulit adalah organ yang berukuran paling luas, bisa mencapai 2 m² dengan ketebalan 1 hingga 2 mm. Namun, kulit bayi saat berada di dalam kandungan, berbeda dengan kulitnya sekarang. Di dalam rahim, kulit janin selalu terjaga kelembabannya secara alami karena ia hidup di dalam kantung amnion (ketuban) berisi cairan amnion. Selain itu, kulit bayi juga selalu terlindungi oleh lapisan tipis dari lemak berwarna putih kekuningan (vernix caseosa).
Berawal dari 3 lapisan. Bagaimana kulit bayi terbentuk? Cikal bakal kulit sudah terbentuk sejak bayi masih berada di dalam rahim, berbentuk embrio. Sel-sel pada embrio dapat dibedakan menjadi 3 kelompok lapisan sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Karena zat warna (pigmen) kulit belum terbentuk, pada bulan ke-3, kulit janin masih berupa jaringan transparan. Di bulan ke-4 kehamilan, rambut “pertama” janin –yaitu lanugo– mulai tumbuh, dan di bulan berikutnya, kelenjar minyak serta kelenjar keringat sudah terbentuk dan mulai berfungsi.
Lanugo secara bertahap “menghilang” karena luruh pada bulan ke-7 kehamilan. Selanjutnya pada bulan ke-8, kulit janin mulai dilapisi lemak (vernix caseosa) yang berfungsi sebagai pelindung untuk mencegah pengikisan kulit oleh cairan amnion dan pelindung kulit dari infeksi. Sekitar 1 bulan setelah bayi lahir, lanugo yang masih bertahan akan luruh juga dan digantikan oleh rambut halus yang disebut velus.
Masih rentan dan sensitif. Saat bayi lahir, meski seluruh jaringan kulitnya telah terbentuk, tapi belum seluruhnya berkembang sempurna. Itu sebabnya, kulit bayi belum mampu berfungsi optimal. Begitu lahir, kulit bayi mengalami perubahan drastis dari kondisi lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan ketika berada di dalam rahim ibu yang hangat, nyaman, dan aman. Di luar rahim, tidak ada lagi cairan amnion yang menjaga kelembaban kulitnya.
Tak heran bila sekitar 60% bayi mengalami kulit kering! Ini antara lain karena struktur kulit bayi Anda belum sempurna perkembangannya. Kulit bayi 30% lebih tipis dari kulit orang dewasa sehingga cairan lebih mudah menguap. Juga, karena sel-sel kulitnya masih kecil-kecil dan belum berkembang sehingga ikatan di antara sel-sel kulit tersebut masih longgar. Lapisan tanduk pada permukaan kulit juga masih sangat tipis, sehingga kulit bayi cenderung rentan, mudah robek, serta belum mampu berfungsi sebagai pelindung tubuh yang optimal terhadap serangan berbagai kuman penyakit.
Ikatan di antara sel-sel kulit yang masih longgar ini, juga menyebabkan kulit bayi tidak mampu menahan molekul-molekul air di antara sel-selnya dengan baik, sehingga mudah menguap. Inilah yang menyebabkan kulit bayi lebih mudah mengalami dehidrasi dan kekeringan dibandingkan kulit orang dewasa. Untuk menjaga agar kulit bayi Anda terjaga kelembapannya, lakukan perawatan dengan kosmetik bayi yang tepat. Tak ada salahnya berkonsultasi lebih dulu dengan dokter kulit anak untuk memilihkan kosmetik yang tepat dan teruji secara klinis bagi bayi Anda.
Source: Parenting.co.id
Masuk angin pada bayi membuatnya rewel dan menangis tanpa henti. Biasanya ibu dengan sigap berusaha menenangkannya, tetapi ada juga yang bingung bagaimana cara mengatasinya. Tidak perlu khawatir karen...
Apa Itu Wonder Week Bayi? Wonder week adalah istilah yang diperkenalkan pada tahun 1992 oleh pasangan dokter asal Belanda, Frans Plooij dan Hetty van de Rijt. Wonder week menggambarkan fase lonj...
Tahukah Bunda bahwa perut sehat dan suasana hati bayi ternyata saling berkaitan? Saat perutnya bermasalah, Si Kecil akan terlihat rewel dan lebih banyak menangis. Hal ini tentu akan memengaruhi suasan...
Separation anxiety adalah suatu kondisi yang terjadi ketika si kecil histeris saat ditinggal Ibu, Ayah, atau pengasuhnya walaupun hanya sebentar. Kondisi ini sebenarnya sangat wajar dialami anak ...