Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengungkapkan angka kematian anak yang terpapar virus corona (Covid-19) di Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia tenggara ata...
Rabu, 06 Desember 2023 | 16:46 WIB Penulis :
Wajar bila isu stunting membuat Moms selalu waspada pada pertumbuhan tinggi si kecil, dan merasa cemas ketika perawakan anak tampak pendek. Namun tidak semua anak pendek adalah penderita stunting. Jangan lupa, faktor genetik memegang peran dalam tinggi badan anak. Jadi kalau orang tuanya pendek, ada kemungkinan si kecil juga bertubuh pendek. Bila laju pertumbuhan si kecil normal dan ia tampak sehat walaupun tubuhnya pendek, umumnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Perawakan pendek yang perlu dicurigai sebagai masalah kesehatan yang serius adalah ketika seorang anak memiliki tinggi badan jauh di bawah rata-rata usia dan jenis kelamin anak tersebut. Ketika diplot pada kurva pertumbuhan, titik pertemuan usia dan tinggi badan berada di bawah garis merah (-2) sehingga anak dikategorikan stunting dan jika berada di garis hitam (-3), anak mengalami severe stunting.
Lalu apa penyebab tubuh anak jauh lebih pendek dibandingkan teman seusianya? Berikut beberapa di antaranya:
1. Anak lahir dengan berat badan rendah
Anak-anak yang ketika lahir masuk kategori BBLR atau berat badan lahir rendah (di bawah 2,5 kg) biasanya laju pertumbuhannya akan lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan dengan berat badan yang normal. Salah satu dampaknya, tinggi badan anak menjadi lebih pendek dari teman-temannya atau bahkan mengalami stunting.
2. Asupan nutrisi tidak terpenuhi
Tubuh pendek seorang anak juga mungkin disebabkan kurang nutrisi. Biasanya ini terkait masih rendahnya kesadaran akan pola makan yang bergizi seimbang sehingga makanan anak terlalu banyak karbohidrat (nasi) dan sedikit protein serta sayuran. Untuk mencegah kondisi ini, Moms bisa menggunakan metode Isi Piringku.
3. Tidak diberi ASI
ASI kaya akan nutrisi termasuk protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, karena itulah anak-anak yang tidak beri ASI memiliki risiko berperawakan pendek.
4. Sering sakit-sakitan
Anak yang sering sakit-sakitan umumnya memiliki tubuh lebih pendek dari teman sebaya, karena energinya yang seharusnya untuk tumbuh, digunakan untuk proses pemulihan dari sakit.
5. Tidak imunisasi
Ketika anak tidak mendapat imunisasi, kekebalan tubuhnya akan lemah sehingga sering sakit. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang sering sakit memiliki risiko berperawakan lebih pendek terkait energinya yang lebih banyak digunakan untuk memulihkan kondisi daripada untuk pertumbuhan.
6. Kurangnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kurangnya kesadaran akan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada anak, seperti tidak rajin cuci tangan, dapat mengakibatkan anak sering terkena diare. Penyakit Diare yang terus menerus akan menyebabkan kekurangan gizi dan membuat tubuhnya menjadi pendek.
Source : https://genbest.id/
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengungkapkan angka kematian anak yang terpapar virus corona (Covid-19) di Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia tenggara ata...
Libur akhir tahun telah tiba. Ini saatnya untuk mengisi hari-hari Bunda dengan aktivitas menyenangkan bersama si kecil. Di tengah pandemi Corona ini, ada baiknya Bunda tetap beraktivitas dengan aman. ...
Bila ingin memperoleh manfaat gadget dan terhindar dari berbagai risiko yang mungkin ditimbulkannya, sebaiknya Anda memperhatikan hal-hal berikut ini. 1. Hindari penggunaannya pada anak balita S...
Bully atau perundungan memiliki dampak psikologis yang dapat merugikan anak-anak. Korban bully atau perundungan bisa kehilangan rasa percaya dirinya bahkan mengalami depresi. Perundungan tidak terjadi...