Dampak Vaksin Palsu

Rabu, 29 Juni 2016 | 09:39 WIB Penulis : Erni Wulandari


Maraknya kasus vaksin palsu membuat banyak orang cemas akan dampak yang ditimbulkannya. Dikutip dari pembicaraan bersama dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD, ia merangkum beberapa dampak vaksin palsu pada anak:

1. Dampak keamanan
Menurut dr. Dirga, ini bergantung dari larutan yang dicampurkan oleh pembuat vaksin palsu. “Saat ini, analisisnya masih dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik Polri dan Badan POM. Yang jelas, pencampuran larutan vaksin palsu dilakukan dengan cara tidak steril,” jelas dokter lulusan FKUI ini. Selain itu, risiko tercemar bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya juga sangat tinggi mengingat pembuatan vaksin palsu tidak memiliki standar keamanan sehingga dapat menimbulkan infeksi.

Infeksi dapat bersifat ringan, dapat pula berat (sistemik). Infeksi berat ditandai dengan demam tinggi, laju nadi meningkat, laju pernapasan meningkat, leukosit meningkat, anak tak mau makan/minum, sampai terjadi penurunan kesadaran.  Bila benar terjadi, dampak ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama pascavaksinasi akan terjadi dalam 2 minggu pertama. “2 minggu merupakan batas toleransi fase akut, kalau dalam 2 minggu tidak terjadi apa-apa berarti vaksin yang disuntikkan aman,” kata Vaksinolog lulusan University of Siena, Italy ini.  

2. Dampak proteksi
“Vaksinasi bertujuan untuk mencetuskan kekebalan pada seseorang sebelum ia sakit. Misalnya, seorang anak mendapat vaksinasi Hepatitis B sebanyak 3 kali. Setelah terpenuhi, anak ini kebal bila kelak terpapar oleh virus Hepatitis B. Ia sudah kebal tanpa harus jatuh sakit,” ungkap Dirga. Berbeda dengan anak yang tidak divaksinasi, harus sakit dulu baru dapat memiliki kekebalan. Bila ternyata anak mendapatkan vaksin yang palsu maka kekebalan tadi tidak pernah ada dan tujuan vaksinasi tidak tercapai. “Kalau ini terbukti, anak harus direvaksinasi,” tutup dr. Dirga.

Dampak umum yang ditimbulkan vaksin adalah demam, namun pastikan anak tidak kehilangan gairahnya untuk beraktivitas. Jika terjadi gejala seperti laju nadi meningkat, napas meningkat, dan leukosit meningkat, segera bawa anak

Artikel Lainnya

Apakah Ibu pernah mendengar istilah selective mutism (SM) atau mutisme selektif? Selective mutism adalah gangguan berkomunikasi yang biasanya dijumpai pada anak yang memilih tidak ...

Hati-hati, Pola Asuh ini Berisiko Lahirkan Pelaku Kejahatan Seksual Kasus kejahatan seksual secara bertubi-tubi menghiasi media. Belum selesai kasus Yuyun yang tewas menyedihkan seusai diperkosa ra...

Ayah Bunda mungkin masih ingat, saat buah hati masih bayi, jam tidurnya begitu panjang. Dalam sehari-semalam bisa mencapai 16 jam per hari. Seiring pertambahan usianya, durasi tidur menjadi berkurang....

Apa yang biasanya Bunda lakukan untuk melatih perkembangan bahasa anak? Mengajak anak berbincang-bincang merupakan salah satu cara paling mudah untuk menstimulasi kemampuan bahasanya. Dikutip dari The...

WhatsApp ×
Hai Mom, kami siap membantu anda ..
Kami Online
Senin - Jumat : 08:00 - 17:00 WIB
Minggu & Hari Besar kami LIBUR
Jika ada pertanyaan silahkan menghubungi kami 🤗
......................................................