Salah satu alergi yang kerap menyerang anak-anak adalah alergi susu sapi. Lantas, bisakah kondisi ini menyebabkan anak menjadi stunting? Alergi sendiri merupakan suatu reaksi yang tidak diinginkan ...
Rabu, 03 Agustus 2016 | 10:50 WIB Penulis : Erni Wulandari
Saat anak tantrum kadang membuat orang tua menjadi jengkel dan langsung menuruti apa yang di inginkan si anak.Sebetulnya ada yang bisa Bunda lakukan selain menuruti kemauannya.
Diungkapkan dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, temper tantrum adalah perilaku tidak menyenangkan, mengganggu, atau merusak dan merupakan ledakan emosi yang tidak terkendali. dr Meta mengatakan, tantrum merupakan bagian normal dari proses perkembangan anak.
"Tantrum pasti akan ada akhirnya. Biasanya sih saat anak memasuki umur 4 tahun. Tantrum umumnya muncul saat anak berusia satu tahun dan makin parah saat di usia 2 tahun.
Mengapa tantrum bisa makin parah saat anak berusia 2 tahun? di usia 2 tahun anak baru memiliki kesadaran diri, namun, karena kemampuan berkomunikasinya masih sangat terbatas, anak jadi tidak bisa menyampaikan maksudnya dan inilah yang membuat emosi anak meledak-ledak.
Tantrum adaah cara anak untuk mencari perhatian agar apa yang diinginkan bisa dituruti. Kemudian, penyebab tersering tantrum adalah lelah dan lapar yang membuat anak lebih sensitif dan mudah emosi.
Tips untuk menghadapi anak yang tantrum, yaitu:
1. Jangan ikut tantrum
Hal ini menurut dr Meta penting. Sebab, saat orang tua ikut emosi, anak justru membenarkan apa yang ia lakukan, dalam hal ini mengamuk.
2. Tunggu sampai anak tenang
Selama anak merengek, baiknya biarkan sampai dia tenang. Terkadang, memeluk anak guna menenangkannya juga bisa dilakukan. Saat anak sudah mulai tenang, baru cari tahu apa penyebab ia tantrum. Jika karena keinginannya tidak dipenuhi, jelaskan secara sederhana mengapa keinginannya itu tak bisa dikabulkan.
3. Jangan 'menawarkan' imbalan
"Jangan menawarkan apapun agar anak menghentikan tantrumnya karena hal itu bisa jadi kebiasaan untuk anak. Nantinya, anak bisa berpikir bahwa agar kemauannya terpenuhi, ia harus menangis lebih dulu".
4. Beri pujian, pelukan, atau ciuman saat anak sudah tenang
Tindakan seperti memberi pujian, pelukan, atau ciuman pada anak bisa membuat anak merasa disayang dan diperhatikan. Setelah anak berhasil mengendalikan tantrum, pelan-pelan Ayah atau Bunda bisa menjelaskan padanya bahwa tangisannya itu tidak akan membuatnya mendapat apa yang dia inginkan.
"Beri juga pengertian pada anak kalau dia bisa bicara baik-baik pada kita saat menginginkan sesuatu. Lama-lama anak akan mengerti kok".
5. Minta anak untuk minta maaf
Tak ada salahnya jika Ayah atau Bunda meminta anak untuk meminta maaf karena sudah merengek-rengek. Hal ini bertujuan agar si kecil tahu bahwa apa yang dia lakukan salah sehingga ia tak akan mengulanginya lagi.
Sumber : detikhealth
Salah satu alergi yang kerap menyerang anak-anak adalah alergi susu sapi. Lantas, bisakah kondisi ini menyebabkan anak menjadi stunting? Alergi sendiri merupakan suatu reaksi yang tidak diinginkan ...
Batuk merupakan salah satu penyakit langganan pada anak-anak. Sebenarnya batuk merupakan mekanisme alami tubuh untuk mendorong keluar produksi lendir yang berlebihan di saluran napas. Biasanya da...
Ketika anak didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), dokter menganjurkan anak diterapkan diet khusus yakni diet rendah kalori. Ini supaya energi anak tidak berlebihan. S...
Gigi anak tumbuh secara bertahap. Meski begitu, tumbuh gigi pertama pada setiap anak dapat berbeda-beda di setiap usianya. berbeda-beda. Dilansir WebMD, ada anak yang giginya tumbuh lebih...