Orang tua mungkin berpikir bahwa dengan mengajarkan anak berbagi mainan, maka Anda akan menanamkan nilai-nilai kebaikan, kebersamaan, solidaritas, atau kedermawanan pada si kecil. Sekalipun tujuan ...
Kamis, 22 September 2016 | 14:59 WIB Penulis : Erni Wulandari
Ternyata, hipertensi bisa menyerang segala usia, usia balita salah satunya. Bagaimana mencegahnya?
Hipertensi pada anak berkisar 1-2%. Anak dengan hipertensi mempunyai risiko hampir 4 kali lebih besar menderita hipertensi pada masa dewasa dibandingkan anak normal. (Sumber: UKK Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2011)
Usia balita pun turut diserang oleh hipertensi yang juga berisiko terjadinya stroke, demensia, gagal ginjal, dan jantung! Padahal, selama ini kita hanya tahu penyakit ini hanya menyerang orang dewasa, yang belakangan ini sedang meningkat kasusnya. Meningkatnya insidens hipertensi saat dewasa sebagian besar justru terjadi karena tidak dilakukannya deteksi dini pada masa balita. Karena itu, anak umur lebih dari 3 tahun seharusnya diperiksa tekanan darahnya secara rutin. Apalagi jika orangtua memiliki riwayat hipertensi. Dr. Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA dari Indonesian Society of Hypertension (InaSH) memaparkan, “Pada bayi baru lahir, hipertensi dapat terjadi karena renal artery thrombosis (gumpalan darah di ginjal). Sedangkan pada anak-anak, hipertensi disebabkan oleh kelainan sekunder, yaitu kelainan ginjal di jaringan, kelainan endokrin seperti hipertiroid, hiperaldosterone atau Conn’s Syndrome, obat-obatan, dan Coarctation of the Aorta (penyempitan aorta).”
Standar tekanan darah pada anak memang kompleks karena akan terus berubah seiring perkembangan tubuh mereka. Misalnya, anak usia 5 tahun, tekanan darah normalnya berkisar 127-130/86 mmHg, sementara anak usia 10 tahun 127/86 mmHg.
Pengobatan hipertensi pada balita terbagi menjadi dua, yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Untuk farmakologis, pemberian obat antihipertensi harus disesuaikan dengan usia anak, tingkat hipertensi, dan respons terhadap pengobatan. Sedangkan nonfarmakologis, orangtua sebaiknya memerhatikan gaya hidup anak dengan mengajaknya aktif bergerak dan juga membatasi penggunaan garam pada makanan.
Orang tua mungkin berpikir bahwa dengan mengajarkan anak berbagi mainan, maka Anda akan menanamkan nilai-nilai kebaikan, kebersamaan, solidaritas, atau kedermawanan pada si kecil. Sekalipun tujuan ...
Menurut Mary Dobbins, MD, dokter spesialis anak merangkap psikiater anak dari Illinois, Amerika Serikat, pendekatan yang salah berisiko membuat anak menjadi lebih takut kegelapan. Dengan mengecilkan a...
Setiap Bunda pasti ingin si kecil tidak mudah sakit. Tapi Bunda tidak bisa memungkiri bahwa banyak bakteri di sekitar yang dapat menyerang daya tahan tubuhnya. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa ...
kesehatan gigi merupakan salah satu hal penting bagi anak-anak yang harus diperhatikan orangtuanya. Sayangnya, masih banyak orang tua yang justru tak terlalu memikirkan hal tersebut dan kurang memperh...