Selain stimulasi, nutrisi memegang peranan penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Sehingga, penting bagi orang tua memberi asupan dengan gizi seimbang pada si kecil. Hanya saja, dalam ke...
Kamis, 01 Desember 2016 | 09:58 WIB Penulis : Erni Wulandari
Mendengkur ketika sedang tidur sering kali dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Padahal, mendengkur bisa jadi tanda bahwa seseorang mengalami gangguan sleep apnea, yaitu tersumbatnya pasokan oksigen, biasanya dalam beberapa detik dan berulang kali, ke dalam otak dan seluruh tubuh.
Sleep apnea pada umumnya terjadi karena relaksasi dan penyempitan berlebihan pada jaringan lunak dan otot-otot tenggorokan bagian atas sehingga pangkal lidah jatuh dan menyumbat saluran pernapasan. Ketika aliran oksigen tidak memadai, otak akan membangunkan Bunda sehingga saluran pernapasan terbuka kembali. Ketika hal tersebut terjadi, “Penderita sleep apnea biasanya terbangun setengah sadar ketika sedang tidur,” ujar drg. Cut Yulian F Barley, Staf Kedokteran Gigi Militer di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Ladokgi TNI AL R.E. Martadinata.
Dari tahun ke tahun, semakin banyak dokter dan ahli kesehatan yang menyuarakan pentingnya meningkatkan kesadaran terhadap gangguan sleep apnea karena dampaknya yang serius terhadap tubuh. Secara jangka panjang, sleep apnea dapat meningkatkan risiko seseorang terkena berbagai gangguan penyakit serius, seperti: tekanan darah tinggi, aritmia (detak jantung tidak normal), stroke, diabetes dan lainnya. Tapi ada kabar baik yang disampaikan drg. Cut. “Gangguan sleep apnea di usia dewasa sebetulnya dapat dicegah sejak usia dini, dimana peran orang tua, terutama mama, menjadi kunci.
Perkembangan saluran pernapasan dimulai saat bayi dilahirkan hingga ia berusia 18 bulan. Sehingga periode ini merupakan waktu terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan sleep apnea di kemudian hari.” Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan oleh mama adalah dengan melakukan proses pemberian ASI, atau menyusui, minimal hingga bayi berusia 18 bulan. Menyusui dapat memberikan stimulasi perkembangan lidah saat menelan, membentuk susunan gigi – geligi yang teratur serta dapat merangsang pembentukan palatum (langit-langit mulut) – keras yang sempurna.
Di lain sisi, penggunaan dot dan botol susu dapat membuat palatum menjadi tinggi dan lengkungnya menjadi sempit, karakteristik yang merupakan pemicu terjadinya sleep apnea. “Jadi, pikirkan dengan matang keuntungan menyusui dibanding dengan penggunaan botol susu. Batasi penggunaan dot dan kontrol kebiasaan menghisap ibu jari pada anak”.
Selain stimulasi, nutrisi memegang peranan penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Sehingga, penting bagi orang tua memberi asupan dengan gizi seimbang pada si kecil. Hanya saja, dalam ke...
Si Kecil sering mengalami demam? Ibu pasti cemas bila kondisi semacam ini menimpanya. Banyak sebagian besar di antara para orang tua yang justru panik dan segera mengambil air dingin untuk mengompres ...
Bolehkah bayi dimandikan setelah imunisasi? Menurut kids childrens health, Moms atau Dads bisa memandikan sebelum atau sesudah Si Kecil diimunisasi. Tapi, mungkin bisa menunggu selama 24 jam. Ka...
Langkah-langkah membuat es loli dari ASI Es loli ASI mudah untuk dibuat. “Mulailah dengan mencuci wadah es loli susu di baskom terpisah dengan sikat atau spons khusus untuk makanan bayi. Keri...